ArtikelPolitikTerbaru

Mengenal Silent Majority, Istilah yang Viral Setelah Pemilu

404
×

Mengenal Silent Majority, Istilah yang Viral Setelah Pemilu

Sebarkan artikel ini

Globalindo.Net // Istilah silent majority kembali populer pasca pemilu 14 Februari 2024 lalu.

Silent Majority adalah frasa dalam bahasa Inggris yang, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, mengandung arti “mayoritas yang diam”.

Menurut Encyclopaedia Britannica, istilah ini merujuk kepada sebagian besar masyarakat yang memiliki kecenderungan politik tertentu namun memilih untuk tidak mengungkapkan preferensi mereka secara terbuka.

Fenomena silent majority dianggap sebagai tantangan dalam upaya memprediksi hasil pemilihan umum melalui jajak pendapat atau survei elektabilitas.

Hal ini disebabkan oleh sifat diam atau ketidaktertarikan mereka dalam menunjukkan dukungan politiknya secara publik.

Sejarah Istilah Silent Majority

Dalam panggung politik, istilah silent majority pertama kali dikemukakan oleh Warren Harding pada tahun 1919, ketika ia tengah giat menggalang dukungan dalam kampanye politiknya.

Namun, benih istilah ini mulai tumbuh subur pada dekade 1960-an, ketika perhatian publik mulai tertuju padanya setelah Richard Nixon mengadopsinya dalam sebuah pidato yang disiarkan melalui televisi.

Penggunaan Nixon terhadap istilah silent majority menjadi titik balik dalam sejarahnya.

Ia menggunakan frasa ini sebagai alat untuk meraih dukungan dari pemilih yang mungkin merasa jenuh atau tidak terwakili dalam proses politik saat itu.

Melalui pidatonya pada tahun 1969, Nixon berhasil memanfaatkan istilah ini untuk memikat sebagian besar pemilih yang berpihak padanya.

Sejak saat itu, istilah silent majority telah menjadi bagian tak terpisahkan dari bahasa politik.

**(Muz)

× How can I help you?