BekasiBeritaHukum & KriminalKesehatan

Ketum FORTAL: Peredaran Obat Terlarang di Kabupaten Bekasi Ancaman Struktural Bagi Masa Depan Generasi Muda

776
×

Ketum FORTAL: Peredaran Obat Terlarang di Kabupaten Bekasi Ancaman Struktural Bagi Masa Depan Generasi Muda

Sebarkan artikel ini

Darurat Tramadol: Wajah Gelap Kota Industri yang Terungkap

KAB BEKASI, JABAR

Globalindo.Net // Peredaran obat-obatan terlarang di Kabupaten Bekasi kini memasuki fase paling mengkhawatirkan. Temuan terbaru yang diungkap oleh Forum Masyarakat Anti Obat Terlarang (FORTAL), yang dikomandoi Kang Edo, membuka mata publik bahwa persoalan ini bukan lagi isu pinggiran, tapi sudah menjadi ancaman struktural bagi masa depan generasi muda.

Hasil investigasi terbaru FORTAL mengungkap bahwa di dua titik saja—Kampung Jati dan Kavling, Desa Cikarang Kota, Kecamatan Cikarang Utara—lebih dari 1 juta butir Tramadol telah berhasil dipetakan dalam sirkulasi. Jumlah ini belum termasuk obat jenis eksimer, pil XXX, reklona, alprazolam, dan sabu-sabu.

“Ini baru dari dua titik. Kalau kita buka 22 kecamatan lainnya, bisa jadi kita bicara tentang belasan juta butir. Ini bukan hanya penyakit sosial—ini bencana peradaban,” tegas Kang Edo Kepada Globalindo.Net .Senin.23/06/2025.

Kampung Jati dan Kavling: Titik Pusat Distribusi

Menurut Kang Edo, Kampung Jati dan Kavling bukan sekadar lokasi pengguna, tetapi telah berkembang menjadi sentra distribusi obat-obatan terlarang skala luas. Yang mengejutkan, pelakunya bukan pengguna biasa, melainkan jaringan pengedar aktif yang terorganisir dan beroperasi seperti sistem rantai pasok.

“Mereka bukan pemakai. Mereka distributor. Barang datang, dibagi, dijual lagi ke banyak titik. Yang beli bukan cuma warga lokal—tapi juga dari luar daerah,” ungkapnya.

FORTAL mendapati bahwa konsumen dari jaringan ini tidak hanya berasal dari wilayah Kabupaten Bekasi. Tramadol dan pil terlarang dari dua titik ini bahkan menyasar pemuda-pemuda di Karawang, Bogor, Depok, dan Kota Bekasi. Artinya, Cikarang Utara kini telah menjadi lumbung peredaran dan sumber pasokan antar-kabupaten.

“Kalau ini dibiarkan, bukan hanya generasi muda Bekasi yang rusak. Ini akan merembet ke wilayah-wilayah tetangga. Peredarannya sudah lintas batas administratif,” kata Edo.

Angka Fantastis di Balik Tirai Gelap

Tak berhenti pada jumlah barang, FORTAL juga mengungkap temuan baru per 23 Juni 2025: informasi dari beberapa orang dalam jaringan pengedar yang saling curiga satu sama lain, menyebutkan bahwa total uang yang berputar di dua titik tersebut saja mencapai Rp 2,4 Miliar. Uang ini mengalir dari dan antar sejumlah bandar lokal—termasuk mereka yang tak disebut namanya secara terbuka.

“Ini bukan sekadar peredaran gelap obat. Ini industri gelap dengan mekanisme bisnis tersendiri. Ada sistem, ada logistik, bahkan ada peran oknum yang memberi perlindungan,” jelas salah satu narasumber FORTAL yang identitasnya dirahasiakan demi keselamatan.

Harapan di Tengah Kegelapan

Meski situasi suram, FORTAL tidak menutup mata terhadap anak-anak muda yang ingin pulih dan keluar dari jerat narkoba. Namun persoalan baru muncul: biaya rehabilitasi, stigma sosial, dan tekanan dari jaringan pengedar. Banyak dari mereka yang sebenarnya sudah menjerit dalam diam, tetapi tak tahu harus ke mana mencari pertolongan.

“Kadang mereka hanya butuh satu pintu terbuka. Tapi pintu itu selalu tertutup rapat,” tutur Edo lirih.

FORTAL telah menerima lebih dari 40 pengaduan pribadi dari keluarga korban hanya dalam dua bulan terakhir. Namun keterbatasan lembaga ini membuat tidak semua dapat ditindaklanjuti.

Seruan Bukan Sekadar Seremoni

FORTAL secara terbuka menuntut agar Pemerintah Kabupaten Bekasi, DPRD, Kepolisian, BNN, dan seluruh stakeholder lokal mengambil tindakan konkret—bukan hanya seremonial atau reaktif saat sudah viral.

> “Kami muak dengan janji dan pencitraan. Ini sudah darurat! Jika sekarang saja bisa ada Rp 2,4 Miliar di dua titik, bisa dibayangkan nilai ekonomi gelap dari seluruh wilayah Bekasi. Ini harus dihentikan dengan pendekatan luar biasa,” seru Kang Edo.

Akhir Kata: Jika Bukan Sekarang, Kapan Lagi?

Ini bukan sekadar laporan. Ini adalah seruan terbuka untuk bertindak bersama. Pemerintah tak bisa sendiri. Aparat tak bisa hanya menindak. Media tak cukup hanya melaporkan. Ormas, sekolah, komunitas, hingga warga biasa harus menjadi bagian dari perlawanan ini.

Jika tidak, generasi kita akan hilang, dan Bekasi akan dikenang sebagai kota industri yang melahirkan tragedi sosial massal.

Logika mungkin buntu, tapi hati tetap tahu yang benar. Bertindak di luar batas nalar demi tegaknya masa depan anak-anak kita. Jangan kompromi dengan kehancuran.

“Salam Edan Untuk Kewarasan”

(Red/JM)